Salah satu rangkaian karya agung ring Pura Desa Pakraman Susuan
Nyikut Genah
Karya Mamungkah Pertama Sejak 1916 di Desa Pakraman Susuan
AMLAPURA, NusaBali
Karya kali ini menggunakan kurban 4 ekor kebo (kerbau) yang didatangkan dari Lombok, sementara krama setempat hanya dikenakan paturunan (biaya upacara) berupa pis bolong.
Puncak Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Susuan ini akan dilangsungkan pada Saniscara Pon Pahang, Sabtu, 15 Oktober 2016 mendatang. Sedangkan rangkaian upacara sudah dimulai sejak Sukra Pon Kulantir, Jumat, 25 Desember 2015 lalu, ditandai dengan ritual Matur Piuning di Pura Kahyangan Tiga yakni Pura Puseh, Pura Bale Agung, dan Pura Dalem. Sejak itu, krama Desa Pakraman Susuan suntuk ngayah setiap hari.
Pangrajeg Karya Mamungkah lan Nubung Daging, I Wayan Robed, menyatakan 4 ekor kebo untuk sarana kurban upacara ini didatangkan dari Lombok, Nusa Tenggara Timur. “Desa Pakraman Susuan membeli kebo ke kawasan Lombok dengan harga Rp 8,5 juta per ekor. Empat kebo itu masing-masing untuk banten pecaruan di Pura Dalem, Pura Puseh, dan pecaruan Balik Sumpah di Bale Peselang,” ungkap Wayan Robed di Amlapura, Rabu (24/8).
Disebutkan, krama Desa Pakraman Susuan yang jumlahnya hanya 167 kepala keluarga (KK), diupayakan sedemikian rupa agar tidak terbebani dengan pelaksanaan up[acara besar pertama selama satu abad (100 tahun) terakhir ini. Mereka hanya dikenakan paturunan menggunakan pis bolong (uang kepeng), yang jika dinominalkan nilainya sebesar Rp 350.000 per KK.
Selebihnya, kata Wayan Robed, seluruh krama wajib ngayah, lanang (laku) maupun istri (perempuan). Pengayah lanang juga wajib makemit (jaga malam), terbagi dalam 7 kelompok. Artinya, tiap kelompok kebagian ngayah makemit seminggu sekali.
Sedangkan pengayah istri yang bertugas menata jajahitan untuk banten hingga matanding (menata banten), dikoordinasikan Wiku Tapini (ahli bebantenan) Ida Pedanda Istri Keniten (sulinggih dari Griya Pendem, Banjar Pendem, Kelurahan Karangasem. Sementara pengayah lanang dikoordinasikan Yajamana (bertanggung jawab bidang bangunan tempat upacara) Ida Pedanda Gede Ketut Abah dari Griya Jungutan, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem.
“Krama yang berhalangan ngayah, baik saat kebagian ngayah siang hari maupun makemit malam hari, kena dedosan (denda) Rp 25.000 per orang,” jelas Wayan Robed. Sanksi denda ini, kata dia, bertujuan untuk memacu krama agar lebih bersemangat ngayah.
Sementara itu, Bendesa Pakraman Susuan, I Ketut Tama, mengatakan Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Kahyangan Tiga ini merupakan yang pertama kali digelar dalam kurun 100 tahun terakhir. Karya kali ini direncanakan sejak tahun 2014, setelah Ketut Tama dipercaya menjadi Bendesa Pakraman Susuan, menggantikan I Wayan Gita.
Menurut Ketut Tama, usulan digelarnya Karya Mamungkah lan Nubung Daging ini muncul dalam paruman desa, setelah seluruh palinggih tuntas diperbaiki, termasuk membangun palinggih (baru) Manjangan Seluang. “Karena seluruh palinggih sudah tuntas dipugar atas kerja keras krama Desa Pakraman Susuan melalui kepemimpinan bendesa sebelumnya, maka tinggal melanjutkan dengan menggelar Karya Mamungkah lan Nubung Daging,” jelas Ketut Tama.
Rangkian upacara yang telah terlaksana sejauh ini, kata dia, adalah Pamelaspas lan Rsi Gana pada Buda Wage Warigadean, Rabu (17 Agustus 2016) lalu. Berikutnya nanti digelar upacara Pecaruan Balik Sumpah pada Saniscara Kliwon Kuningan (Sabtu, 17 September 2016), dilanjut Nuur Ida Bhatara Tirta pada Sukra Pon Mendangsia (Jumat, 30 September 2016), Nyurat Pedagingan pada Saniscara Wage Medangsia (Sabtu, 1 Oktober 2016), Melasti ke Pantai Ujung pada Sukra Kliwon Pujut (Jumat, 7 Oktober 2016), Karya Ngenteg Linggih di Pura Dalem pada Radite Paing Pahang (Minggu, 9 Oktober 2016), hingga puncak Karya Mamungkan lan Nubung Daging di Pura Puseh pada Saniscara Pon Pahang (Sabtu, 15 Oktober 2016). *NUSABALI.COM Selengkapnya ..